Kamukah Pendengar yang Baik itu?
Salah satu cara untuk menyampaikan apa yang dirasa
oleh seseorang biasanya dengan bercerita. Adapun istilah keren dan familier di
kalangan anak muda mengenai bercerita yaitu ‘curhat’ atau curahan hati. Kegiatan
mencurahkan perasaan ini biasanya ditujukan kepada orang yang dirasa dekat
dengan diri sendiri. Cerita yang biasa disampaikan ketika curhat terkadang
mengenai permasalahan di sekolah, asmara, finansial bahkan sampai permasalahan
yang dianggap berat dan rahasia. Komunikasi ketika curhat berlangsung dua arah,
di mana ada pihak yang bercerita dan ada pihak yang mendengarkan dan
menanggapi. Terkadang kita harus selalu siap dan bisa memegang posisi sebagai
pihak yang bercerita atau pihak yang mendengarkan, karena kita akan mengalami
posisi tersebut sewaktu-waktu. Adakah di antara kalian yang selalu menjadi pihak
yang bercerita? Adakah di antara kalian yang selalu menjadi pihak yang
mendengarkan? Ayo mengaku hehehe.
Namun pernahkah ketika kalian ingin sekali bercerita
tapi tidak ada orang yang bersedia mendengarnya? Atau pernahkah ketika sudah
ada orang yang bersedia mendengarkan, orang tersebut malah acuh tak acuh dan
terlihat enggan ketika mendengarkan cerita? Bila pernah, maka rasanya pasti
sedih dan kecewa sekali. Sepertinya kejadian seperti itu lumrah dalam kehidupan
sehari-hari. Dapat terbayang asumsi yang dibangun orang saat telah bercerita,
perasaan lega yang akan didapatinya malah runtuh begitu saja karena telah
diacuhkan. Mungkin beberapa orang juga akan kesal kepada orang yang bersikap
demikian dan tidak akan mempercayakan apapun kepada orang tersebut.
Sebenarnya, tak baik bila kita sebagai pihak
pendengar bersikap acuh. Bila memang belum siap untuk mendengarkan lebih baik
beri pengertian kepada orang yang hendak bercerita kepada kita. Beri tahukan
alasannya dan katakan akan bersedia untuk mendengar curahannya di waktu yang
tepat. Adapun hal lain yang bisa membantu kita supaya lebih berempati terhadap
orang yang bercerita yaitu dengan mencoba menempatkan diri sebagai orang
tersebut. Bayangkan bila kita memiliki banyak hal yang ingin disampaikan tapi
tidak ada yang ingin mendengarnya dan bila pun ada cerita kita malah diacuhkan.
Terbayang juga rasa sakitnya kan? Maka dari itu hargai perasaan orang yang
hendak bercerita dengan cara kita ikut berempati, menghargai ceritanya walau
kita anggap itu sepele dan berusahalah untuk bersungguh-sungguh dalam menanggapi
ceritanya.
Berbicara menjadi pendengar yang baik, ada banyak
manfaat bila kita bisa menempatkan diri menjadi pendengar yang baik bagi orang
yang membutuhkan. Manfaat tersebut seperti orang akan menganggap kita sebagai
pribadi yang dapat dipercaya, kita menjadi lebih dewasa karena melihat setiap
cerita dari sudut pandang yang berbeda serta meningkatkan jiwa sosial dan lebih
peka terhadap sesama. Menjadi pendengar yang baik bukan berarti kita harus
senantiasa bisa memberi solusi kepada mereka yang bercerita. Pendengar yang
baik bisa menempatkan diri, ketika orang yang bercerita meminta sebuah solusi
maka ia akan memberi solusi dan begitu pun sebaliknya bila orang yang bercerita
hanya ingin didengarkan maka ia akan mendengarkan dengan saksama. Sebagai
pendengar yang baik, tentu mereka harus berpikir netral dan tidak terpengaruhi
oleh emosi orang yang bercerita supaya tanggapan mereka bisa bersifat menengahi
bukan malah merusak keadaan. Tentunya bila semua orang bisa menjadi pendengar
yang baik, maka kehidupan kita akan diliputi kedamaian.
Jadi sobat up to you, kamukah sosok pendengar
yang baik itu? Ayo share pengalaman kalian saat menjadi pihak yang
mendengarkan dan butuh didengarkan! Kami tunggu cerita kalian di kolom komentar
ya!
Sehat selalu dan salam sejahtera untuk kalian semua.
Sampai jumpa di artikel selanjutnya!
By Admin Up


Komentar
Posting Komentar