Aku, yang Berusaha Mengenalimu

Terlepas dari artikel Aku, yang Diasingkan Tuanku , semoga kalian mulai respect dengan kehadirannya. Nah kali ini aku akan melanjutkan cerita ini. Satu bahasan tetapi berbeda masalah. Oke, mulai ya.

Pada suatu waktu atau bahkan mungkin sedang kamu alami hari ini. Pernah gak sih suka bilang “Enak ya, jadi dia. Udah pinter, cantik, dll.” atau “Pribadi dia keren ya, dll.”? Dan tanpa sadar kalian mengecilkan diri sendiri seperti “Bagaimana mungkin aku seperti dia, soalnya ....” ini sering aku temui mulai dari curhatan teman-temanku atau bahkan aku sendiri yang bilang. Se-jahat itu aku dulu sama diri aku sendiri, meskipun terkadang masih melakukannya. Tapi teman-teman pernah gak sih kalian bangga sama diri kalian atau bahkan mungkin justru mereka iri sama kalian? Tapi kamu nya aja yang gak sadar. Nah gimana nih?

Terkadang, selain memahami pesan semesta baiknya juga kamu memahami apa yang ada dalam diri kamu. Potensi yang ada dalam diri kamu yang perlu kau tahu, gali untuk menjadi bermanfaat. Bahkan sesekali semesta bisa saja memberitahumu tentang ini, tapi kamu tidak sadar akan pesannya. Ucapan-ucapan yang sering kita lontarkan pada diri kita akan terekam pada ingatan kita. Jadi alangkah baiknya berucap lah yang baik. Teman-teman sebenarnya apa sih iri itu? Kok bisa-bisa nya dia meracuni pikiran kita ya?  Nah bagaimana kalau iri ini kita jadikan acuan buat kita lebih baik. Meskipun sebenarnya kita tidak dianjurkan untuk iri kepada orang. Katanya iri itu tanda tidak mampu. Tapi gak ada salahnya juga kan jadikan hal yang kurang baik menjadi baik. Comtohnya kita iri karena dia itu sangat pinter padahal aku cuma biasa aja. Nah ini bisa dijadikan semangat buat diri kita. Gimana caranya? Yupssss betul dengan mengubah mindset diri kita menjadi “Kok dia bisa pinter ya, gimana caranya nih ko dia bisa masa aku enggak.”. Kalau kita mengucapkannya dengan sadar otomatis diri kita juga meresponnya sangat cepat. Dan secara gak langsung juga membuat diri kita menjadi semangat. Seenggaknya sama kaya dia atau justru lebih baik dari dia,

Kalau dalam fisika ini yang namanya aksi reaksi. Ketika aksi kalian baik, maka hasilnya juga baik. Gak ada yang namanya awal baik tapi hasilnya buruk. Ini beda dengan gagal. Karena yang berakhiran buruk belum tentu semuanya salah kan? Bisa jadi di hasil akhir itu Tuhan sedang rindu padamu. Rindu kamu berdoa dan bercerita lebih banyak lagi. Dan bahkan mungkin Tuhan mau melihat usahamu sebesar apa. Jadi mau sampai kapan kalian jahat sama diri kalian sendiri? Udah saatnya buat kalian menghargai diri kalian sendiri. Setidaknya berterimakasihlah sama diri sendiri bukan malah mencacinya tau membanding-bandingkan. Tahu sendiri kan tidak enaknya dibanding-bandingkan? Bedanya kamu bisa ngomong langsung kalau gak enak, nah bagaimana dengan diri kamu? Yang mengerti dia hanya kamu. Iya, si pemilik raga. Sudah saatnya juga buat kalian menggali potensi kalian dan menjadi diri kalian sendiri. Kalau bukan kamu yang mengenali, siapa lagi? Dia juga perlu cinta kasih dari kamu. Dan kamu juga perlu cinta kasih Tuhan untuk hal apapun. Kurangi atau bagusnya berhenti untuk men-judge diri. Mau sampai kapan? Tebarkan cinta kasih Tuhan dengan caramu, dan beri cinta ksihmu pada diri pun untuk orang yang ada di sekelilingmu.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

All about Mood Seri #2

Talk about Book: Love Is...

Quotes of The Day